Minggu, 14 Februari 2010

Valentine Day


share this:

Bukan hanya remaja pada masa kini (sekarang) saja yang menantikan datangnya Hari Valentine. Berabad-abad sebelum Masehi, kaum muda Romawi sudah biasa merayakan Lupercalia, suatu perayaan yang bertujuan untuk menghormati Dewi Februata Juno. Dimana setiap tanggal 15 Februari, para pemuda tersebut mengumpulkan nama atau benda-benda kecil milik gadis-gasia dan memasukkannya ke dalam jambangan. Lalu pemuda-pemuda itu mengambilnya dan mencari pemiliknya. Mereka berharap pada hari itu akan bertemu jodoh yang mereka idam-idamkan.

Saat agama Kristen mulai dianut oleh orang-orang Eropa, tradisi ini mendapat nama baru, yaitu Hari Valentine. Nama ini diambil dari nama seorang Santo (orang suci) yaitu Santo Valentinus yang tewas dipancung di Roma sehari sebelum Lupercalia, yaitu tanggal 14 Februari. Sekitar tanggal itu sebenarnya merupakan musim burung kawin. Itulah sebabnya pertengahan Februari dipakai untuk mencari jodoh.

Kalau pemuda Romawi memberi cabang-cabang pohon Zaitun atau Laurel yang daunnya disepuh emas kepada gadisnya, maka di Inggris Kuno para pemudanya memberikan sepasang sarung tangan sebagai hadiah.

Kartu Valentine sendiri baru muncul pada abad ke 15. Pada saat itu kartunya bukan dari kertas, melainkan perkamen. Ada juga yang membuatnya dari logam atau kayu berukir. Kartu kertas yang dicetak, baru muncul pada abad ke 17. kepopulerannya melonjak setelah perangko dan amplop surat dikenal pada tahun 1840. Kartu Valentine ini juga biasa dikirimkan bersama hadiah. Hadiah yang dikirimkan pada malam menjelang Hari Valentine itu ada yang berharga, namun ada juga yang bohong-bohongan. Misal sebuah sendok kayu yang dibungkus berlapis-lapis disertai selembar kertas bertuliskan ”Berbahagialah mereka yang tidak mengharapkan apa-apa dari orang lain.” atau ”Jangan pernah berputus asa.”

Kebiasaan memberi hadiah pada hari itu ternyata juga berkembang menjadi bisnis yang menguntungkan. Bahan industri kue pun ikut-ikutan mendapat bagian rezeki. Karena pada hari itu ada kebiasaan makan Valentine Buns, yaitu roti berisi buah-buahan kering, kue jahe dan macam-macam lagi.

Pada abad ke 17, pasangan-pasangan yang sudah menikah pun enggan meninggalkan Hari Valentine, mereka masing-masing tetap ingin merasakan nikmatnya terpilih ataupun memilih sebagai Valentine. Konon di Inggris, seorang wanita bernama Ny.Stewart terpilih menjadi Valentine Duke of York (Putra Raja). Ia dihadiahi perhiasan seharga 800 poundsterling, padahal 800 pound pada masa itu luar biasa besar nilainya, jauh lebih besar daripada masa sekarang.

Mengirim kartu Valentine menjadi subur kembali sejak tahun 1930an. Seperti banyak perayaan, kartu Valentine sudah sangat dikomersilkan. Makin lama, makin banyak macamnya dan semakin mahal harganya. Namun, tak ada yang bisa menandingi kartu-kartu Valentine pertama yang dibuat dengan tangan. Banda-banda itu sangat langka dan sangat mahal harganya.

(oleh: Andreanus Ari – Malang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan di-kasih Comment...
please, no SARA... trims...